Plasadana – Jum, 28 Jun 2013, Starnes adalah eksekutif asal Amerika yang memimpin
Specialty Medical Supplies di Cina. Saat ini, seperti pengakuannya saat
wawancara dengan CNBC, dia masih "terkunci" di kantornya. Bukan karena kehilangan pembuka gembok, tentu saja.
Tapi rupanya, penyebab utama kasus ini muncul gara-gara ada 100
karyawan yang minta dipecat agar dapat pesangon. Nilainya sama dengan
yang diperoleh 35 rekannya yang sudah dirumahkan terlebih dulu oleh
perusahaan. Entah, berapa yang sudah dibayarkan kepada para pekerja
terdahulu itu."Kami diminta membayar pesangon untuk karyawan yang masih bekerja," papar Starnes.
Kata dia, soal ini dilatari oleh kekhawatiran karyawan akibat adanya rumor bahwa sejumlah pabrik bakal ditutup untuk dipindahkan ke India. Mereka khawatir bakal ada pemutusan hubungan kerja lagi.
"Padahal tidak ada lagi PHK," tandasnya.
Dalam situasi seperti ini, pemerintah Cina tidak banyak berbuat. Alasannya, itu merupakan konflik sipil alias perdata.
Ketika masalah ini dikonfirmasikan kepada Chi Lixiang, petinggi Partai Komunias yang memimpin Departemen Hak Berserikat, hanya dijawab dengan tertawaan. "Apa yang Anda maksud dengan sandera," tuturnya sambil melanjutkan, "semua karyawannya adalah wanita. Bagaimana mungkin para wanita itu menyandera pria? Ah, Anda bercanda." Jadi?
Penulis: Nur Cahyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar