Oleh Plasadana | Yahoo! Olahraga – Jum, 12 Jul 2013 17:17 WIB
Kalau timnas kalah lalu dimaki-maki itu biasa. Di Korea Utara diancam dan disiksa penguasa.
Jong Tae-se, striker tim nasional Korea Utara, menjadi pemain sepak bola
keempat asal Negara Komunis itu yang berlaga di liga nasional Korea
Selatan. Karirnya di atas rumput hijau memang tak bisa dianggap remeh.
Sejak
2013, pria kelahiran 1984 itu memperkuat klub sepak bola professional
Negeri Ginseng, Suwon Samsung Bluewings. Pemain tim nasional Korea Utara
ini juga pernah bermain di Eropa, saat memperkuat VfL Bochum, klub asal
Jerman, selama 2010-2012.
Jong adalah fenomena bagi Korea
Utara. Dia lahir bukan dari kompetisi pertandingan kulit bundar di
negaranya, melainkan dari klub-klub luar negeri seperti Jepang maupun
Jerman.
Di negerinya sendiri, seluruh kegiatan sepak bola ada di
bawah Democratic People's Republic (DPR) Korea Football Association.
Berdasarkan catatan Federasi Sepak Bola Asia Timur (EAFF), asosiasi bola
Korut yang didirikan pada 1945 itu, sudah menjadi anggota FIFA sejak
1958.
Seluruh pembinaan pemain ada di bawah asosiasi tersebut.
Negara yang menguasai pembinaan dan perkembangan sepak bola di negara
tersebut.
Hal ini, senada dengan yang disampaikan Agung Harsya,
pengamat sepak bola dari Goal.com. Semua kompetisi termasuk pembinaan
usia muda, katanya, diatur oleh negara. Tidak ada yang luput dari
sentuhan penguasa negara yang selalu menyatakan siap berperang melawan
Amerika Serikat itu.
"Para pemain hanya punya satu tujuan, yaitu membela negaranya," ujar dia.
Agung
menegaskan, sepanjang pengetahuannya, dalam bagian dari pembinaan,
bukan sekadar paksaan yang berlaku bagi pemain sepak bola, tapi juga
tekanan dari pemerintah. "Mungkin karena mereka negara komunis,"
katanya.
Hal itu bisa dibuktikan pada kasus tragedi Piala Dunia
2010. Setelah pulang di putaran awal, semua anggota tim - termasuk
pemain dan pelatih - langsung kena damprat ideologi dari pemerintah. Ini
terjadi lantaran banyaknya gol yang tersarang ke gawang Korut. Setelah
dikalahkan Brasil 2-1, disusul Portugal melibasnya dengan skor 7-0,
kemudian Pantai Gading 3-0.
Presiden FIFA Sepp Blatter pun tak
bisa mendiamkan. "Kami langsung kirim surat untuk minta klarifikasi,"
ujarnya, seperti dikutip The Telegraph.
Informasi yang diperoleh
Blatter berasal dari anggota Komite Eksekutif FIFA asal Korea Selatan,
Ching Mong-joon, asal Korea Selatan.
Selain itu, Presiden AFC
Mohamed Bin Hammam yang sempat berkunjung ke Korut mendengar tekanan dan
penyiksaan kepada para pemain yang kalah. "Saya memang mendengar. Tapi
terus terang, saya tidak melihat langsung," jelasnya.
Kembalinya
hadir sepak bola Korut ini tak lepas dari dua hal: pembinaan di dalam
negeri, sekaligus berbagi pengalaman pemain yang berlaga di luar negeri
seperti Jong Tae-Se serta Hong Yong-Jo di Liga Rusia.
Sedangkan
pembinaan di dalam, setidaknya ada tiga kompetisi yang digelar di negara
tersebut. Pertama, Liga DPR Korea sebagai liga utama. Di bawahnya ada
Liga DPR K 2, kemudian Liga DPR K Amatir.
Sayangnya, juara
kompetisi yang diikuti oleh 11 tim itu tidak bisa ikut Kejuaraan Asia
(AFC) lantaran dianggap tidak memenuhi syarat. Namun, hanya bisa sampai
taraf AFC President's Cup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar