Minggu, 21 Juli 2013

Ini Alasan Pedagang Tolak Daging Impor Bulog

TEMPO.CO, Jakarta--Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) telah mendistribusikan daging sapi beku dari Australian ke pasar-pasar tradisional di Jabodetabek. Namun, para pedagang enggan menjual daging impor tersebut.
Ini Alasan Pedagang Tolak Daging Impor Bulog
daging sapi import di swayalan
Luthfi Hasan Ishak
daging sapi import

daging sapi import



Fatanah

daging sapi import
daging sapi import

daging sapi import
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan penolakan pedagang tersebut bukan tanpa alasan. "Jangan sampai pemerintah mengklaim pedangang menolak begitu saja tanpa alasan," ujar dia saat dihubungi Tempo, Sabtu, 20 Juli 2013.

Ngadiran menyebutkan, alasan utama pedagang menolak daging impor terutama karena justru merugikan para penjual. Sebab, pasokan daging dari rumah pemotongan daging sudah dibanderol dengan harga yang mahal. "Kalau tiba-tiba dikasih daging itu (daging beku impor), disuruh jual dengan harga yang murah, lalu barang yang mahal itu mau diapakan?" ujarnya.

Selain itu, pedagang di pasar tradisional atau sering disebut pasar becek tidak memiliki fasilitas penyimpanan daging yang memadai. "Daging frozen itu butuh kulkas, kalau tidak, dua jam dibuka dari kardus akan meleleh dan rusak kalau terkontaminasi udara," ujarnya.

Alasan lainnya, pedagang enggan kalau hanya diminta jadi 'pemadam kebakaran' alias peredam harga daging untuk sementara waktu. Menurut Ngadiran, tugas itu mestinya dibebankan kepada para peternak besar dan importir. "Pemerintah tidak memiliki keberanian untuk meminta importir menjual dengan batas harga eceran tertinggi," ujarnya.

Kendati demikian, ia mengatakan operasi pasar baru dilakukan di tiga pasar besar di Jakarta, yakni Pasar Senen, Pasar Kramat Djati, dan Pasar Jatinegara. "Belum dilakukan di semua pasar kok," ujarnya. Itupun menurut dia tidak melalui koordinasi dengan APPSI. Padahal, sebelumnya Bulog mengaku menggandeng asosiasi tersebut dan Asosiasi Pedagang Daging Indonesia.

Kepada Tempo, kemarin, pedagang daging sapi di Pasar Senen, Saiful (37), mengaku menolak daging dari pemerintah tersebut. Ia beralasan, selain harga yang terlalu murah, stok yang dikucurkan pemerintah terlalu terbatas. Daging yang ditawarkan Bulog dengan kualitas standar memiliki harga pasaran Rp 86 ribu per kilogram.

Padahal, Ipul melanjutkan, harga yang ada di Pasar Senen saat ini mencapai Rp 95 ribu per kilogram, ada yang menjual Rp 100 ribu per kilogram. Bahkan untuk has dalam, kualitas bagus, mencapai Rp 150 ribu per kilogram. Dengan harga yang cenderung murah, ia khawatir ketika stok menipis, malah akan menurunkan harga pasar. "Pemerintah cenderung mau turun sesaat saja, padahal nanti efeknya panjang," katanya.

Kepala Pasar Senen, Benny M, mengatakan pedagang di daging memang memilki mekanisme sendiri dalam masalah stok da harga. "Mereka dibawah asosiasi daging," katanya kepada Tempo di kantornya. Sehingga wajar ada keengganan dari pedagang menerima daging Bulog.

AYU PRIMA SANDI | SYAILENDRA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar