Minggu, 14 Juli 2013

'Cinta' segitiga para politikus pemilik televisi

MERDEKA.COM. Dunia politik tanah air kini bukan hanya tak bisa lepas dari televisi, tetapi juga pemiliknya. Tercatat tiga pemilik grup media besar menjadi pimpinan di partainya masing-masing.

'Cinta' segitiga para politikus pemilik televisi
Sebut saja Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) yang memiliki Viva Group (tvOne, antv, vivanews.com), Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dengan Media Group (Metro TV, Media Indonesia, metrotvnews.com) dan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo (HT) si empunya Media Nusantara Citra (MNC) Group (RCTI, Global TV, MNC TV, Koran Sindo, Sindo Radio, okezone.com).

Ketiga taipan pemilik televisi itu pun bukan tidak berhubungan satu sama lain. Mereka bahkan pernah terlibat pertemanan, persahabatan, perseteruan, bahkan hingga akhirnya rujuk kembali. Hubungan politik yang jatuh bangun di antara Ical, Paloh dan HT mirip kisah asmara putus nyambung. Mirip cinta segitiga.

"Saya bersahabat bukan satu dua tahun dengan Ical, tapi puluhan tahun, hampir separuh usia kami masing-masing," kata Paloh saat menerima kunjungan Ical di kantor DPP NasDem, Rabu 10 Juli lalu.

Pertemuan Ical-Paloh usai berbuka puasa malam itu pun diwarnai canda tawa dan bahkan pelukan. Suasana ini kontras dengan hubungan keduanya saat Musyawarah Nasional Partai Golkar pada 2009 silam.

Saat itu, kedua taipan media tersebut sama-sama mencalonkan diri sebagai ketua umum pengganti Jusuf Kalla (JK). Pertarungan sengit antara keduanya pun terjadi dengan melibatkan media masing-masing, sampai akhirnya Ical memenangkan kursi ketua umum.

Setelah Munas berlalu, hubungan Paloh dan Ical retak. Paloh memilih mundur dari Golkar dan mendirikan ormas NasDem, yang kemudian berubah wujud menjadi partai politik.

Berbeda partai, hubungan Ical-Paloh makin renggang. Meski tidak pernah berkonfrontasi langsung, pemberitaan Media Group yang menyerang Ical dengan Golkar-nya, dan pemberitaan Viva Group yang mengkritik habis-habisan Paloh dan NasDem-nya, seakan membuktikan rivalitas keduanya memang nyata.

Saat rivalitas dengan Ical sedang tinggi-tingginya, Paloh sangat dekat HT. Bahkan HT diajak Paloh bergabung ke NasDem dan diberi jabatan Ketua Dewan Pakar partai baru tersebut. Namun, setelah NasDem lolos sebagai partai peserta Pemilu 2014 hubungan Paloh dan HT retak. Penyebabnya adalah HT tidak terima Paloh ingin menjadi ketua umum, terlebih tidak melalui mekanisme kongres.

"Pak Surya Paloh ingin terjun langsung (jadi ketua umum)," ujar Hary dalam jumpa pers di Jakarta, Senin awal tahun lalu.

Pecah dengan Paloh, HT kemudian bergabung dengan Partai Hanura. Di partai besutan Wiranto itu HT mendapat jabatan Ketua Dewan Pertimbangan. Bahkan, HT bersama Wiranto sudah mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres dan cawapres 2014.

Jika Ical-Paloh dan Paloh-HT memiliki hubungan yang jatuh bangun, bagaimana dengan Ical-HT? Ical-HT tercatat tidak pernah berkonflik dalam politik. Keduanya bahkan mesra, namun dalam hal bisnis.

Saat bisnis Bakrie kini sedang terseok-seok karena utang yang menumpuk, HT diketahui beberapa kali mendekati Ical untuk membeli Viva Group. Uniknya, hal ini diungkapkan oleh Paloh yang sudah pisah partai dengan HT.

"Kita biasa mendiskusikannya banyak hal lainnya termasuk bagaimana beliau juga ingin mau beli tvOne. He-he-he-he itu benar," papar Paloh awal Januari tahun lalu.

Bahkan, informasi mengejutkan datang pada 19 Juni lalu. Informasi dari akun twitter Mandiri Sekuritas menyebutkan, saham anak usaha emiten grup Bakrie tersebut dijual dengan harga USD 500 juta atau setara Rp 4,7 triliun kepada MNC Group.

Namun, kabar itu segera dibantah oleh pihak Bakrie. Aksi korporasi itu pun tak kunjung terjadi. Begitulah cerita bisnis, media dan politik yang kini mewarnai negeri, yang ironisnya cuma dilakoni oleh tiga pemain.
Sumber: Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar