Seorang warga melintas di depan Wisma Madonna 10, yang masih tutup di kawasan Lokalisasi Dolly, Surabaya, Rabu (18/9). TEMPO/Fully Syafi |
Komsatun memang tampil lebih alim sejak pulang berhaji pada 2011 lalu. Sebelumnya, ia bernazar akan berhenti menjadi muncikari bila mampu naik haji. Alhasil, nazarnya terpenuhi. Ia tak lagi menampung perempuan seks komersial setelah resmi mendaftar naik haji tahun 2008.
Komsatun adalah satu dari tujuh muncikari di lokalisasi Sumber Loh, Banyuwangi, Jawa Timur, yang naik haji dari hasil pekerjaan menampung perempuan seks komersial. Setelah naik haji, beberapa muncikari memang meninggalkan lokalisasi. Tetapi Komsatun memilih tetap membuka warungnya di lokalisasi terbesar di Banyuwangi itu.
Perempuan kelahiran tahun 1959 ini mulai berkenalan dengan dunia prostitusi setelah ditinggal suaminya pada tahun 1980-an. Dia memulai pekerjaannya sebagai buruh cuci baju para PSK. Untuk menambah pendapatan, dia juga membuka warung untuk menjual angsle dan rujak.
Sedikit demi sedikit, Komsatun menyisihkan penghasilannya. Sekitar tahun 1995, dia akhirnya mampu mengontrak salah satu wisma dengan tiga kamar. Dia pun mulai menampung tiga PSK yang disebutnya anak buah itu. Kebanyakan PSK itu datang sendiri, ada pula yang diserahkan oleh perekrut. "Saya tak pilih-pilih, tua atau muda, cantik atau jelek saya terima," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar