BERLARI rupanya bukan sekedar kegiatan mengayunkan kaki dengan ritme
cepat. Lebih dari itu, berlari memberikan banyak inspirasi akan
nilai-nilai kehidupan. Memotivasi diri dan lingkungan sekitar.
Setidaknya,
itulah yang dirasakan oleh pendiri komunitas Berlari Untuk Berbagi
(BUB), Sandiaga Uno. Pria yang masuk dalam 40 orang terkaya di Indonesia
ini menjelaskan bahwa berlari punya peran penting dalam menunjang
bisnisnya.
Baginya, dengan berlari ada empat filosofi yang dapat
diserap oleh setiap orang. Pertama, kata dia, memaknai arti kecepatan.
Dalam berlari, kecepatan merupakan satu unsur penting. Semakin cepat
berlari maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
"Begitu juga dalam hidup, kita harus cepat dalam
bertindak dan memutuskan sesuatu. Pengalaman saya di bisnis, kalau tidak
cepat diambil maka sebuah peluang bisa saja hilang," ujar bos Saratoga
Capital ini, saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (22/9).
Kedua,
lanjut dia, berlari membiasakan diri bernapas panjang. Apalagi maraton,
membutuhkan kekuatan fisik besar. Maklum, jarak yang ditempuh cukup
jauh. Jadi, sangat penting bagi seorang pelari untuk mengatur ritme
pernapasan dengan baik. Jika tidak, bisa tumbang di tengah perjalanan.
Begitu
pula dalam hidup. Seringkali melewati rintangan dan masalah cukup
pelik. Tentu diperlukan pengaturan ritme agar tidak mudah menyerah
ataupun malah terlalu memaksakan diri.
Ketiga, lanjut ayah dua
anak ini, dalam lari selalu ada kerja sama tim. Saat mengikuti ajang
lomba, pada dasarnya seseorang tidak benar-benar berlari sendirian. Ada
teman yang selalu hadir memotivasi. Baik mereka yang berada di lapangan
ataupun di luar. Semua punya peran dalam membangkitkan semangat juang.
"Begitu
juga dalam hidup. Kita punya keluarga dan teman-teman yang selalu
mengingatkan dan menyemangati dalam menghadapi berbagai persoalan," ujar
pria kelahiran 28 Juni 1969 ini.
Keempat, kata dia, dengan
berlari akan memahami arti penting persiapan. Dengan waktu tempuh
rata-rata empat jam dan jarak di atas 40 kilometer, berlari maraton
tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Dibutuhkan persiapan matang,
baik mental mau pun fisik.
Dari
pengalamannya, perlu latihan minimal selama 16 minggu sebelum mengikuti
even lari maraton. Berlari sejauh 60-80 kilometer jadi menu latihan
rutin mingguan.
"Sama halnya dengan hidup, tidak ada yang bisa
didapat dengan instan. Semua perlu proses dan persiapan matang," sebut
pria yang pertama kali berkecimpung di dunia lari maraton pada ajang
Singapura Marathon 2007.
Lebih dari itu, sambung dia, berlari
juga memberikan sensasi tersendiri. Tubuh dan pikiran yang lelah setelah
menjalani rutinitas padat seolah di-recharge melalui aktifitas berlari.
Sebab ketika berlari, ada proses penciptaan hormon androgen di dalam
tubuh yang berfungsi menimbulkan rasa bahagia, optimisme, dan semangat
positif.
"Tapi di luar itu, lari kan simpel banget. Tidak perlu
infrastruktur besar. Cukup memanfaatkan ruang yang ada, kita bisa lari.
Ini sangat mudah dilakukan, dimana saja, oleh siapa saja dan dengan umur
berapa saja," sambung pria kelahiran Pekan Baru yang juga berdarah
Gorontalo ini.
Berbagai makna dan filosofi lari tersebut akhirnya
mengantarkan Sandiaga Uno pada keyakinan untuk mendirikan sebuah
komunitas lari bernama Berlari Untuk Berbagi pada 2009. Beragam profesi
ada di dalamnya. Mulai dari pengusaha, pekerja seni, pegawai swasta,
hingga dokter.
Semua bergabung atas sebuah keyakinan sama. Dengan berlari dapat berbagi kebahagiaan pada mereka yang kurang beruntung.
Karena
itu, organisasi tersebut mengikuti kejuaraan dan mengumpulkan donasi
dari aktivitasnya untuk disalurkan kemudian. Hingga kini, sudah 50
yayasan mendapat bantuan dari aktifitas BUB di berbegai even lari
internasional.
Selain ingin menularkan gaya hidup sehat, BUB juga
berharap dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk terus berpikir
positif dan peduli terhadap lingkungan. "Tiap minggu saya lari kesini
(senayan), selalu ada yang mendekati. Mereka bilang terima kasih sudah
menginspirasi,” tutur Sandiaga.
Ternyata mereka, lanjutnya,
membuat komunitas sejenis yang aktifitasnya bukan cuma berlari, tapi
juga mengumpulkan donasi. “Ini jelas buat saya merinding," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar