Kamis, 24 Oktober 2013

Makna Berlari Bagi Sandiaga Uno

BERLARI rupanya bukan sekedar kegiatan mengayunkan kaki dengan ritme cepat. Lebih dari itu, berlari memberikan banyak inspirasi akan nilai-nilai kehidupan. Memotivasi diri dan lingkungan sekitar.

Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh pendiri komunitas Berlari Untuk Berbagi (BUB), Sandiaga Uno. Pria yang masuk dalam 40 orang terkaya di Indonesia ini menjelaskan bahwa berlari punya peran penting dalam menunjang bisnisnya.

Baginya, dengan berlari ada empat filosofi yang dapat diserap oleh setiap orang. Pertama, kata dia, memaknai arti kecepatan. Dalam berlari, kecepatan merupakan satu unsur penting. Semakin cepat berlari maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

"Begitu juga dalam hidup, kita harus cepat dalam bertindak dan memutuskan sesuatu. Pengalaman saya di bisnis, kalau tidak cepat diambil maka sebuah peluang bisa saja hilang," ujar bos Saratoga Capital ini, saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (22/9).

Kedua, lanjut dia, berlari membiasakan diri bernapas panjang. Apalagi maraton, membutuhkan kekuatan fisik besar. Maklum, jarak yang ditempuh cukup jauh. Jadi, sangat penting bagi seorang pelari untuk mengatur ritme pernapasan dengan baik. Jika tidak, bisa tumbang di tengah perjalanan.

Begitu pula dalam hidup. Seringkali melewati rintangan dan masalah cukup pelik. Tentu diperlukan pengaturan ritme agar tidak mudah menyerah ataupun malah terlalu memaksakan diri.

Ketiga, lanjut ayah dua anak ini,   dalam lari selalu ada kerja sama tim. Saat mengikuti ajang lomba, pada dasarnya seseorang tidak benar-benar berlari sendirian. Ada teman yang selalu hadir memotivasi. Baik mereka yang berada di lapangan ataupun di luar. Semua punya peran dalam membangkitkan semangat juang.

"Begitu juga dalam hidup. Kita punya keluarga dan teman-teman yang selalu mengingatkan dan menyemangati dalam menghadapi berbagai persoalan," ujar pria kelahiran 28 Juni 1969 ini.

Keempat, kata dia, dengan berlari akan memahami arti penting persiapan. Dengan waktu tempuh rata-rata empat jam dan jarak di atas 40 kilometer, berlari maraton tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Dibutuhkan persiapan matang, baik mental mauSandiaga Uno melakukan pemanasan sebelum lari di Senayan. TEMPO/Aditia Noviansyahpun fisik.

Dari pengalamannya, perlu latihan minimal selama 16 minggu sebelum mengikuti even lari maraton. Berlari sejauh 60-80 kilometer jadi menu latihan rutin mingguan.

"Sama halnya dengan hidup, tidak ada yang bisa didapat dengan instan. Semua perlu proses dan persiapan matang," sebut pria yang pertama kali berkecimpung di dunia lari maraton pada ajang Singapura Marathon 2007.

Lebih dari itu, sambung dia, berlari juga memberikan sensasi tersendiri. Tubuh dan pikiran yang lelah setelah menjalani rutinitas padat seolah di-recharge melalui aktifitas berlari. Sebab ketika berlari, ada proses penciptaan hormon androgen di dalam tubuh yang berfungsi menimbulkan rasa bahagia, optimisme, dan semangat positif.

"Tapi di luar itu, lari kan simpel banget. Tidak perlu infrastruktur besar. Cukup memanfaatkan ruang yang ada, kita bisa lari. Ini sangat mudah dilakukan, dimana saja, oleh siapa saja dan dengan umur berapa saja," sambung pria kelahiran Pekan Baru yang juga berdarah Gorontalo ini.

Berbagai makna dan filosofi lari tersebut akhirnya mengantarkan Sandiaga Uno pada keyakinan untuk mendirikan sebuah komunitas lari bernama Berlari Untuk Berbagi pada 2009. Beragam profesi ada di dalamnya. Mulai dari pengusaha, pekerja seni, pegawai swasta, hingga dokter.

Semua bergabung atas sebuah keyakinan sama. Dengan berlari dapat berbagi kebahagiaan pada mereka yang kurang beruntung.

Karena itu, organisasi tersebut mengikuti kejuaraan dan mengumpulkan donasi dari aktivitasnya untuk disalurkan kemudian. Hingga kini, sudah 50 yayasan mendapat bantuan dari aktifitas BUB di berbegai even lari internasional.

Selain ingin menularkan gaya hidup sehat, BUB juga berharap dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk terus berpikir positif dan peduli terhadap lingkungan. "Tiap minggu saya lari kesini (senayan), selalu ada yang mendekati. Mereka bilang terima kasih sudah menginspirasi,” tutur Sandiaga.

Ternyata mereka, lanjutnya, membuat komunitas sejenis yang aktifitasnya bukan cuma berlari, tapi juga mengumpulkan donasi. “Ini jelas buat saya merinding," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar