Senin, 16 Desember 2013

Rekrutmen PNS Pintu Masuk Korupsi

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar mengatakan rekrutmen pegawai negeri adalah pintu masuk korupsi. Jika calon penyelenggara negara melakukan korupsi agar bisa lolos, maka peluang dia untuk terus korup bakal sangat besar. "Jadi, rekrutmen harus bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme," ujarnya di sela Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi, Rabu, 4 Desember 2013 di Balai Kartini, Jakarta.
Rekrutmen PNS Pintu Masuk Korupsi
Ketua KPK Abraham Samad. TEMPO/Fahmi Ali
Sejalan dengan rekrutmen, proses promosi, mutasi, dan rotasi juga harus bebas korupsi. Untuk itu, sistem yang lebih transparan dan akuntabel harus dibangun. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengamini yang dikatakan Azwar. "Proses-proses itu harus berjalan adil, akuntabel, dan tidak boleh lagi berdasarkan like and dislike (suka dan tidak suka)," ucapnya.
Abraham menjadikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo rujukan utama untuk menginspirasi instansi pelat merah lainnya. Pasalnya, upaya "bersih-bersih" Pemerintah Provinsi DKI Jakarta oleh pria yang akrab disapa Jokowi itu dipandang cukup sukses dan layak ditiru. "Apa yang dilakukan DKI Jakarta bisa jadi role model. Kami harap virus integritasnya bisa jadi inspirasi," ujar Abraham dalam jumpa pers.
Menurut Jokowi, ada tiga hal utama yang diusungnya untuk menanamkan sistem berintegritas di Jakarta. Pertama, rekrutmen dan promosi yang terbuka dan transparan serta didasari prestasi, antara lain dengan lelang jabatan yang bakal digencarkan di banyak lini. Dengan begitu, bisa didapat pejabat yang betul-betul mau dan mampu melayani rakyat.
Kedua, membangun sistem yang memaksa semua birokrat untuk mengikutinya. Misalnya, sistem dalam jaringan (online) yang kini sudah diterapkan Jakarta dalam pajak, pengadaan barang dan jasa, serta proses penganggaran.
Ketiga, kata dia, manajemen kontrol yang kuat, didukung pengecekan di lapangan secara intensif. "Tidak mungkin (hanya) sekali setahun, harus tiap hari, minggu, bulan, sehingga jadi kebiasaan," kata Jokowi. Dia berpendapat jika semua pejabat punya semangat yang sama, Indonesia bisa menjadi negara yang bersih, makmur, dan sejahtera.
BUNGA MANGGIASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar