Rabu, 18 Juni 2014

Prostitusi DOLLY & JARAK Surabaya

Kekuatan-kekuatan ini 'bekingi' Dolly dan Jarak

1. Barisan Bintang Merah
Barisan Bintang Merah

Merdeka.com - Pria-pria gagah berkaos hitam dengan ikat kepala bertuliskan Barisan Bintang Merah nampah wara-wiri di lokalisasi Dolly dan Jarak. Mereka berkerumun bersama warga melakukan pemblokiran jalan menolak rencana penutupan.

Misalnya Rabu sore kemarin, menjelang malam deklarasi penutupan, warga berkumpul di pertigaan yang menghubungkan ke wilayah prostitusi Gang Dolly dan Jarak. Mereka siap perang dan terlihat menghalau siapa saja yang berusaha melintas ke Jalan Jarak yang sudah diblokade dengan kursi dan seng penutup jalan.

Di sana ada puluhan warga kaos hitam dan memakai ikat kepala hitam bertuliskan Barisan Bintang Merah. Mereka terus berjaga-jaga di pertigaan membawa pentungan kayu dan sempat terlibat aksi saling dorong dengan polisi.


1. Politisi PDIP 
Baktiono Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya

Merdeka.com - Politisi PDIP di Surabaya juga dikenal konsisten membela para penghuni Dolly ini. Salah satunya Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya Baktiono. Dia sering mendampingi warga Dolly Surabaya.

Misalnya beberapa waktu lalu, jelang penutupan dia datang untuk menerima keluh kesah dan melihat langsung aktivitas warga Gang Dolly. Menurut dia, penutupan Gang Dolly adalah sepihak dari Pemkot Surabaya. DPRD Kota Surabaya tidak pernah diajak rembukan terkait rencana penutupan lokalisasi terbesar se Asia Tenggara itu.

"Kita sudah tiga kali panggil Pemkot Surabaya terkait rencana penutupan ini, tapi mereka tidak pernah datang. Kita jadi tidak pernah tahu skenario dan blue print-nya seperti apa," ujar Baktiono.

Menurut dia deklarasi penutupan Dolly akan berimbas banyak bagi para penghuninya. Selama ini ada anggaran untuk lokalisasi Dolly seperti anggaran pemeriksaan kesehatan, kondom dan sebagainya. "Nah kalau dideklarasikan ditutup, artinya anggaran itu semua distop, padahal lokalisasinya masih ada, itu kan masalah lagi," terangnya.



3. Wakil Wali Kota Surabaya 
Whisnu Sakti Buana WA-Walikota Surabaya

Merdeka.com - Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana selama ini memang dikenal vokal menolak rencana penutupan Dolly dan Jarak. Misalnya beberapa waktu lalu, dia bertemu dengan warga dan pemilik wisma. Dia menolak rencana penutupan lokalisasi yang katanya terbesar se-Asia Tenggara itu.

Di hadapan warga dan pemilik wisma, Whisnu mengatakan, nasib ekonomi warga pascapenutupan lokalisasi Gang Dolly dan Jarak pada 19 Juni mendatang, adalah tanggung jawab Pemkot Surabaya. "Mestinya ini menjadi tanggung jawabnya (Pemkot Surabaya), itu warga Surabaya, yang ekonominya terdampak atas penutupan Dolly," kata Whisnu, Jumat malam (16/5).

Whisnu kembali menegaskan bahwa yang dia tolak bukan masalah penutupannya. "Yang kita tolak adalah prosesnya. Pemkot belum pernah bertemu warga seperti ini, pemkot tidak pernah mengajak warga untuk rembukan. Kalau sudah, warga ya silakan menyampaikan aspirasinya."

"Kalau penutupan itu dilakukan represif, saya yakin akan berdarah-darah. Kalau penutupan itu represif saya yang akan memimpin penolakan itu," janji dia kepada penghuni Gang Dolly dan Jarak.


4. Forum Pekerja Lokalisasi 
Forum Pekerja Lokalisasi Dolly& Jarak

Merdeka.com - Kekuatan lain bernama Forum Pekerja Lokalisasi (FPL) Dolly dan Jarak. Mereka terdiri dari PSK, mucikari, pedagang kaki lima, dan profesi lain yang menyandarkan hidup pada keramaian Dolly.

Sejak beberapa bulan menjelang penutupan, FPL ini memobilisasi massa menggelar aksi demonstrasi menolak rencana penutupan itu. Mereka ini juga berulang kali terlibat aksi demonstrasi, termasuk aksi di lokalisasi beberapa waktu lalu.


Baca Link berikut:
Ini ancaman penghuni Dolly dan Jarak bila lokalisasi ditutup
Baca Tri Rismaharini 
Tak mau kalah, Risma bakal kerahkan aparat demi tutup Dolly
Deklarasi selesai digelar, Gang Dolly hanya sisakan nama
Tak lagi menggeliat, malam ini Gang Dolly dan Jarak mencekam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar