Hidup Bergelimang Harta, Berapa Kekayaan Raja Arab Saudi?
Liputan6.com, Jakarta - Keluarga kerajaan Arab Saudi sudah terbiasa hidup mewah. Beberapa diantaranya bahkan memiliki jumlah harta yang sangat banyak.
Salah satu tokoh keluarga kerajaan Arab yang paling menjadi
sorotan adalah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud. Pria
berusia 80 tahun ini diangkat menjadi raja menggantikan kakaknya, Raja
Abdullah, yang meninggal dunia pada 25 Januari 2015 silam.
Lahir dan besar di keluarga bangsawan, tentu membuat Raja
Salman lekat dengan gaya hidup mewah. Lalu berapa kekayaan yang dimiliki
oleh Raja Salman?
Melansir Gazettereview.com, Sabtu (25/2/2017), Raja
Arab Saudi ini ditaksir memiliki kekayaan US$ 18 miliar atau setara Rp
240 triliun (Kurs 1 US$ = Rp 13.333). Kekayaannya bersumber dari
berbagai hal seperti warisan hingga investasi di beberapa perusahaan
properti dan minyak.
Walau begitu, jumlah kekayaan yang dimiliki oleh Raja Salman
masih tidak seberapa dengan total kekayaan keluarga kerajaan Arab
Saudi. Menurut perhitungan Forbes, total kekayaan keluarga Kerajaan Arab Saudi mencapai US$ 1,4 triliun atau sekitar Rp 18.620 triliun.
Total
jumlah anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi mencapai 15.000 orang.
Namun hanya sekitar 2.000 orang yang termasuk super kaya dan dipercaya
mengelola kekayaan keluarga.
Selain kaya, Raja Salman juga gemar menghibahkan kekayaannya
untuk amal. Hingga saat ini kerajaan Arab Saudi telah menyumbang
sebanyak US$ 115 miliar untuk 90 negara di dunia.
Setelah dilantik, Raja Salman juga dilaporkan membagikan US$ 20,7 miliar untuk donasi bagi warganya.
fasilitas mewah
Dari
tempat tinggal berlapis emas hingga liburan dengan anggaran fantastis,
berikut gaya hidup mewah Raja Arab Saudi seperti dilaporkan CBSnews.com: 1. Punya kapal pesiar sepanjang lapangan sepak bola
Kapal pesiar milik raja Arab dilaporkan sering terparkir di
lokasi liburan favoritnya di Marbella, Spanyol. Kapal pesiar tersebut
memiliki panjang setara lapangan sepak bola. Berbagai fasilitas juga dimilikinya termasuk ruang
perjamuannya sendiri, kamar tidur untuk 30 orang dan kru kapal lebih
dari 20 orang. 2. Liburan mewah Bukan pertama kali raja Arab Saudi memboyong keluarganya
untuk berlibur. Keluarga kerajaan ini pernah berlibur ke maladewa dengan
biaya mencapai US$ 30 juta atau setara Rp 400 miliar (Kurs 1 US$ = Rp
13.333.). Saat berlibur, Raja Salman dilaporkan menyewa hingga tiga
resor mewah untuk tempat menginap keluarga kerajaan.
Istana pribadi
3. Berbagai istana pribadi
Di bawah pemerintahan Raja Salman, raja ini membangun istana
baru bernama Erga Palace yang terletak di Riyadh, Arab Saudi. Tempat
ini pun sangat eksklusif sehingga keluarga non kerajaan dilarang masuk
ke tempat ini.
4. Harta kekayaan berlimpah
Tidak diketahui dengan pasti berapa kekayaan yang dimiliki
oleh keluarga kerayaan Arab Saudi. Namun dengan banyaknya aset yang
dimiliki keluarga ini, kekayaan yang dimiliki ditaksir mencapai US$ 1,4
triliun.
Dikawal 100 pengawal
5. Selalu dikawal 100 pengawal
Selama berlibur di Maladewa, dikabarkan bahwa pangeran Arab Saudi selalu dikawal dengan penjaga sebanyak kurang lebih 100 orang.
6. Furnitur berlapis emas
Tidak banyak yang mengetahui dengan jelas bagaimana desain
interior dari istana miliki keluarga kerajaan Arab. Namun salah seorang
wartawan asing pernah membeberkan bahwa ia pernah melihat dispenser
berlapis emas saat berkunjung ke salah satu istana. Beberapa kursi dan
furnitur di istana tersebut juga dikabarkan terbuat dari emas.
Merdeka.com - Di antara 34 menteri yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo,
tiba-tiba ada satu magnet kuat sebelumnya tidak begitu menonjol.
Sosoknya menarik perhatian banyak orang. Wartawan pun memburunya. Dan,
kini dia resmi menyandang status "media darling" karena jadi pembicaraan
khalayak.
Tak pelak, Susi Pudjiastuti - yang mendapat kepercayaan memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan - adalah sosok menarik perhatian itu.
Mengapa
dia bisa begitu menyita perhatian (point of attention) sampai seolah
menenggelamkan tokoh-tokoh beken lainnya di kabinet. Misalnya Anies Baswedan yang smart, Rini Soemarno yang diterpa isu miring, Ignasius Jonan sang penyulap performa PT KAI, atau bahkan Khofifah Indar Parawansa yang muslimah cerdas sekaligus talkative.
Ya,
Susi tiba-tiba menyeruak diantara nama beken di atas, karena dia tampil
sebagai sosok menteri yang di luar pikiran atau ekspektasi kebanyakan
orang. "She is beyond and special," kata media asing.
Selama ini menteri identik dengan tokoh berpendidikan tinggi,
panutan, jaga image (jaim), dan bahasanya hati-hati atau tertata penuh
teori. Semua pakem itu, ditabrak oleh Susi. Dia hanya lulusan SMP (SMA
jebol), merokok pas diwawancara di pojok istana, punya tato di kaki,
bicaranya lepas tanpa tedeng aling-aling, dan terang-terangan single
parent nikah lebih dari sekali.
Karena citra antitesis itulah, maka wartawan melihatnya memiliki nilai berita:
unik. Sementara orang yang berpandangan normatif, mem-bully Susi.
Bahkan seorang guru besar yang belum tahu bagaimana Susi akan bekerja
dan tanpa tahu sejauh mana kemampuan implementasinya, sudah mengkritisi
Susi tidak layak jadi menteri!
Kolom inspira kali ini tidak
melihat Susi dari soal kementerian dan bagian dari politik. Namun,
melihat sisi lain (insight) seorang Susi dari sisi produk dan
muatan-muatan pesan yang dibawanya.
Dengan fakta-fakta merokok, tato, suara seperti pria, pendidikan
tidak tinggi, jujur apa adanya, tentu saja sudah memenuhi syarat produk:
Susi itu unik dan beda (differentiation & uniqueness). Mohon maaf,
mengumpamakan menteri sebagai produk bukan untuk merendahkan, tapi
menempatkan sosok menteri yang satu ini sebagai sebuah model.
Selain
keunikan dan beda dari yang lain itu, Susi memiliki nilai-nilai di
baliknya. Sukses dia menjadi pedagang hasil tangkapan ikan para nelayan
yang bernilai ratusan miliar per bulan, memberi bobot tersendiri bahwa
Susi memang bernilai.
Dia layak diteladani semangat bisnisnya, kecanggihannya mengelola
usaha dari gaya "bakulan", sampai jadi industri yang melibatkan ratusan
orang dan menjadi faktor penting dalam jaringan pemasok (supply chain)
usaha resto seafood di kota-kota besar. Kalau sudah industri, pasti pola
kinerja manajerialnya tidak sembarangan.
Selain sukses di bisnis
perikanan, Susi juga sukses di bisnis penerbangan. Dia tidak mengambil
porsi bisnis di ceruk yang umum (mass carrier) seperti Garuda, Lion,
atau Airasia. Susi Air mengambil ceruk carter dan penerbangan perintis
(istilah untuk landasan kecil/pendek). Prestasi yang dibanggakan Susi
justru ketika nekat mendaratkan pesawat pertama di Meulebouh Aceh dengan logistik untuk membantu korban tsunami.
Namun
demikian, sukses tersebut masih saja dipertanyakan apakah mampu dia
memimpin kementerian yang menjadi andalan dan di dalamnya sudah banyak
orang hebat bergelar mentereng. Lagi-lagi, Susi membuat banyak orang
terkesima. Dia memulai memimpin rapat kementerian, menjelaskan
target-targetnya, cara kerja yang semestinya, me-review kinerja yang
ada.
Saat rapat banyak memakai bahasa Inggris, menghitung dengan teliti profit and losslalu mengubah pola pikir sebagai pelayan yang semestinya, dan harus efisien dengan hasil tangkap maksimal.
Misalnya, soal subsidi kapal setelah dihitung, bila dioptimalkan
pendapatan kapal tangkap setahun dari 30 unit yang selama ini hasilnya
cuma Rp 300 miliar/tahun menurutnya bisa menghasilkan Rp 6
triliun/tahun.
Sebagai produk, Susi seolah telah sukses menjadi
"gangguan" (disruptive) yang berarti di antara produk-produk kementerian
yang lain. Sehingga, cerita apapun tentang Susi, seperti halnya cerita
apapun tentang Apple atau Samsung, yang selalu ditunggu pelanggannya.
Baik yang pro maupun yang kontra. Sebab, telah mewakili contoh-contoh
jagoan, dari seorang zero menjadi hero.
Orang tidak sekolah tinggi tapi suksesnya terbukti. Mungkin dia bukan
tipe orang yang mengandalkan teori (hafalan) tapi kuat secara
praktek/praktis (amalan). Apalagi dia bilang akan membagikan semua
gajinya untuk nelayan miskin. Kian menambah nilai dirinya.
Maka,
tak heran wartawan pun memburunya. Seolah mewakili pelanggan (pembaca)
yang menunggu fitur-fitur produk lainnya dari sebuah Susi yang tiba-tiba
naik kelas dari sekadar peoduk jadi sebuah brand yang kuat. Cerita
tentang bagaimana Susi menggendong nenek-nenek dari landasan di kampung
(mungkin di Meulebueh Aceh) bagaikan fitur baru dari brand Susi yang
digandrungi masyarakat. Produk Susi ditambah packaging manis dengan
munculnya Nadine, anaknya yang cantik sekolah di Amerika, kian menarik.
Apapun tentang Susi dan sekitarnya menghasilkan effect WOW karena
marketing model WOM (words of mouth) atau cerita dari mulut ke mulut
setelah Nadine comment di blog Kaesang (anak Jokowi), dan Kaesang takut
macari Nadine karena anaknya menteri. Peran media sosial mempercepat
proses popularitas.
Susi dalam insight kami, tidak hanya sebagai
menteri. Tetapi dia adalah sebuah produk bahkan brand andalan Jokowi.
Karakternya kuat dan kelihatan. Selama hasilnya konsisten, maka
produk/brand tersebut beserta fitur turunannya akan layak jual. Selalu
ditunggu. Namun demikian, dari semua itu, tentu yang tak kalah penting
adalah hasil akhir: Keberhasilan kinerja kementerian yang dipimpinnya.
***
*) Penulis adalah COO KLN (KapanLagi Network)/merdeka.com, Sekjen APJII, co-founder Binokular Media Monitoring